Pengantar Ekonomi
Perusahaan-perusahaan oligopoli selalu ingin mencapai kedudukan monopoli, namun untuk itu mereka harus bekerjasama dan kerjasama tersebut acapkali sulit dilakukan. Untuk menganalisis aspek ekonomi kerjasama ini, kita perlu mempelajari sedikit tentang teori permainan.
Kita telah mengetahui bahwa perusahaan-perusahaan oligopoli selalu ingin mencapai kedudukan monopoli, namun untuk itu mereka harus bekerjasama dan kerjasama tersebut acapkali sulit dilakukan.
Pada tulisan ini kita akan menelaah lebih jauh masalah-masalah yang dihadapi oleh orang-orang atau pihak-pihak yang ingin bekerjasama namun sulit melakukannya. Untuk menganalisis aspek ekonomi kerjasama ini, kita perlu mempelajari sedikit tentang teori permainan.
Teori permainan (game theory) adalah studi tentang bagaimana orang-orang berperilaku dalam situasi-situasi strategis. Istilah “strategis” yang kita maksudkan di sini adalah situasi di mana setiap orang, dalam memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan, harus memperhitungkan tindakan pihak lain sebagai respons atau reaksi atas tindakannya.
Karena jumlah perusahaan yang ada di pasar oligopolistik itu sedikit, maka setiap perusahaan harus selalu berpikir secara strategis. Masing-masing perusahaan itu mengetahui bahwa laba yang akan diterimanya tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak produksi, melainkan juga oleh berapa banyak produksi dari perusahaan-perusahaan lain.
Para pembuat keputusan tentang produksi dari setiap perusahaan di pasar oligopoli harus senantiasa mempertimbangkan pengaruh keputusannya terhadap keputusan produksi semua perusahaan lainnya.
Teori permainan tidak kita perlukan untuk memahami pasar kompetitif maupun pasar monopoli. Dalam pasar kompetitif, setiap perusahaan sedemikian kecil dibandingkan dengan ukuran pasar secara keseluruhan sehingga mereka tidak perlu terlibat dalam interaksi-interaksi strategis.
Sedangkan dalam pasar monopoli, interaksi strategis sama sekali tidak ada karena pasar itu hanya memiliki satu perusahaan. Namun, sebagaimana akan kita lihat, teori permainan sangat bermanfaat untuk memahami perilaku perusahaan-perusahaan oligopoli.
Jenis permainan yang terpenting lazim disebut sebagai dilema tahanan (prisoners dilemma). Permainan ini secara lugas dapat menunjukkan kesulitan-kesulitan yang menghadang perusahaan oligopoli dalam mempertahankan atau menciptakan kerjasama.
Dalam dunia nyata, kita acapkali gagal melakukan kerjasama sekalipun kita tahu bahwa kerjasama itu akan menguntungkan semua pihak. Hal inilah yang sering dihadapi oleh perusahaan oligopoli. Sesungguhnya, cerita tentang dilema tahanan mengandung pelajaran umum yang berlaku untuk setiap kelompok atau organisasi yang berusaha mempertahankan kerjasama di kalangan para anggotanya.
Dilema tahanan adalah sebuah kisah tentang dua orang penjahat yang tertangkap polisi. Sebut saja mereka ini adalah Bonnie dan Clyde. Polisi memiliki cukup banyak bukti untuk mendakwa Bonnie dan Clyde telah melakukan kejahatan ringan dengan memiliki senjata secara tidak sah, sehingga mereka akan dihukum selama satu tahun penjara.
Sebenarnya, polisi juga mencurigai keduanya terlibat dalam suatu perampokan bank, namun mereka kekurangan bukti untuk mendakwa mereka ke pengadilan atas kejahatan berat tersebut. Untuk memperoleh bukti lebih banyak, polisi mencoba menginterogasi Bonnie dan Clyde, masing-masing dalam ruangan terpisah dan ditawari kesepakatan sebagai berikut:
“Sekarang ini kami dapat menjebloskanmu ke dalam penjara selama satu tahun. Namun, jika kau mau mengaku melakukan perampokan bank dan mau bersaksi serta membuktikan bahwa temanmu itu bersalah, kami akan memberimu kekebalan sehingga kau akan langsung bebas.
Temanmu itu akan berada di penjara selama dua puluh tahun. Tetapi jika kalian berdua sama-sama mengaku, maka kami tidak memerlukan pengakuanmu dan kami dapat menghemat biaya pengadilan. Sebagai ganjarannya, masing-masing dari kalian akan dipenjara hanya selama delapan tahun.”
Jika Bonnie dan Clyde masih cukup kejam, hanya mementingkan kepentingan dirinya masing-masing, kira-kira apa yang akan mereka lakukan? Akankah mereka mengaku, ataukah tetap tutup mulut? Gambar 1 di bawah memperlihatkan pilihan-pilihan yang tersedia bagi mereka berdua.
Masing-masing dari mereka memiliki dua pilihan strategis, yakni mengaku atau tutup mulut. Berat-ringannya hukuman bagi masing-masing tahanan itu ditentukan oleh strategi yang dipilihnya, dan juga strategi yang dipilih oleh temannya.
Gambar 1. Dilema tahanan
Sekarang mari kita simak dahulu keputusan yang harus diambil oleh Bonnie. Ia mungkin akan berpikir sebagai berikut: “Saya tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Clyde. Jika ia tetap tutup mulut, maka strategi terbaik bagi saya adalah mengaku, karena dengan demikian saya akan langsung bebas dan tidak perlu menghabiskan waktu satu tahun di penjara.
Tetapi jika ia mengaku, maka strategi terbaik saya adalah juga mengaku, karena dengan demikian saya hanya akan menghabiskan waktu selama delapan tahun di penjara, bukannya dua puluh tahun. Oleh karena itu, tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Clyde, kondisi saya akan selalu lebih baik dengan mengaku saja.”
Dalam bahasa teori permainan, suatu strategi disebut sebagai strategi dominan (dominant strategy) apabila hal itu merupakan strategi yang terbaik bagi seorang pemain, terlepas dari strategi apa yang hendak dilakukan atau dipilih oleh pemain lain.
Dalam contoh kasus kita, mengaku adalah strategi dominan bagi Bonnie. Ia akan memperoleh masa hukuman yang lebih ringan jika ia mengaku, terlepas dari apakah Clyde akan mengaku atau tetap tutup mulut.
Sekarang mari kita lihat apa yang akan menjadi keputusan Clyde. Ia menghadapi pilihan-pilihan yang persis sama dengan yang dimiliki oleh Bonnie, dan logika berpikirnya pun kurang lebih sama. Terlepas dari apa yang dilakukan oleh Bonnie, Clyde akan dapat mengurangi masa hukumannya di penjara dengan cara mengaku. Dalam kalimat lain, mengaku juga merupakan strategi dominan bagi Clyde.
Pada akhirnya, Bonnie dan Clyde pun sama-sama mengaku, dan keduanya sama-sama memperoleh masa hukuman delapan tahun di penjara. Namun, jika dilihat dari sudut kepentingan bersama kedua tahanan itu, hasil tersebut sangat merugikan.
Seandainya saja mereka sama-sama tutup mulut, kondisi mereka akan jauh lebih baik, yakni hanya memperoleh masa hukuman satu tahun di penjara. Namun, karena sama-sama terdorong untuk mengejar kepentingannya sendiri, kedua tahanan itu justru memperoleh hasil yang terburuk.
Untuk lebih memahami betapa sulitnya menciptakan dan mempertahankan kerjasama, umpamakan bahwa sebelum ditangkap polisi, Bonnie dan Clyde telah membuat kesepakatan untuk sama-sama tutup mulut. Kesepakatan ini jelas akan menguntungkan mereka berdua seandainya saja mereka dapat tetap mempertahankan kesepakatan itu, karena keduanya hanya akan dipenjara selama setahun.
Namun, apakah kesepakatan itu sudah menjamin bahwa tidak akan ada salah satu pihak yang berkhianat? Mungkin saja begitu mereka diinterogasi secara terpisah, logika pengejaran kepentingan sendiri akan lebih berperan sehingga mendorong keduanya untuk sama-sama mengaku. Kerjasama di antara dua tahanan itu sulit dicapai atau dipertahankan, karena kerjasama tersebut secara individual memang tidak rasional.
Sebenarnya apa hubungannya antara dilema tahanan dengan pasar dan persaingan tidak sempurna? Ternyata permainan yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan oligopoli dalam mencoba mencapai hasil monopoli sama dengan permainan yang dijalankan oleh dua penjahat dalam kisah dilema tahanan tadi.
Sekarang bayangkanlah sebuah pasar oligopoli yang hanya memiliki dua pemasok air, yakni Jack dan Jill. Setelah melalui negosiasi panjang, keduanya sepakat untuk berproduksi pada 30 galon demi mempertahankan harga yang cukup tinggi dan mereka secara bersama akan menikmati keuntungan maksimum.
Setelah menyepakati tingkat produksi total, Jack dan Jill harus memutuskan apakah akan mentaati kesepakatan atau mengabaikan dan memproduksi melebihi kuota yang disepakati. Gambar 2 memperlihatkan bagaimana laba yang dapat diterima oleh kedua pemasok itu ditentukan oleh strategi-strategi yang mereka pilih.
Gambar 2. Permainan Oligopoli Jack dan Jill
Selanjutnya, bayangkan Anda ini adalah Jack. Anda mungkin akan berpikir sebagai berikut: “Saya dapat menjaga tingkat produksi 30 galon air sesuai kesepakatan, atau saya dapat pula meningkatkan produksi dan menjual 40 galon air.
Jika Jill mematuhi kesepakatan dengan berproduksi pada tingkat 30 galon, maka saya akan memperoleh laba $2000 dengan tingkat produksi 40 galon air, atau $1800 dengan tingkat produksi 30 galon. Jadi, jelas bahwa Jack akan lebih baik jika memproduksi pada tingkat lebih tinggi.
Akan tetapi, jika Jill tidak menaati kesepakatan dan memproduksi pada 40 galon, maka saya hanya akan memperoleh $1600 jika berproduksi pada 40 galon, atau hanya $1500 jika tingkat produksinya 30 galon.
Dalam kasus mana pun saya akan lebih sejahtera jika berproduksi pada tingkat yang tinggi. Jadi, tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Jill, saya akan lebih baik jika membatalkan kesepakatan dan berproduksi pada tingkat yang tinggi.”
Dengan demikian, produksi tinggi (40 galon) merupakan strategi dominan bagi Jack. Tentu saja, Jill pun memiliki pemikiran yang sama sehingga pada akhirnya kedua pemasok itu membatalkan kesepakatan dan sama-sama berproduksi pada tingkat yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pendapatan yang lebih rendah bagi masing-masing pemasok. Jika dilihat dari sudut kepentingan bersama, maka hasil ini jelas sangat buruk.
Contoh ini mengilustrasikan mengapa perusahaan-perusahaan oligopoli senantiasa mengalami kesulitan dalam menciptakan dan mempertahankan kesepakatan demi mencapai laba monopoli. Hasil monopoli merupakan pilihan yang rasional bila ditinjau dari kepentingan bersama perusahaan oligopoli bersangkutan, namun masing-masing perusahaan oligopoli tersebut memiliki insentif untuk berbuat curang.
Sama halnya dengan kedua penjahat dalam dilema tahanan tadi, pengejaran kepentingan sepihak selalu saja muncul dan menyulitkan perusahaan-perusahaan oligopoli untuk melakukan kerjasama dengan berproduksi pada tingkat yang rendah, demi mencapai harga yang lebih tinggi serta menggapai laba monopoli.
Tulisan dalam artikel ini merupakan ringkasan penulis dari buku Pengantar Ekonomi (judul asli Principles of Economics), Edisi Kedua, Jilid 1, karya N. Gregory Mankiw dan diterjemahkan oleh Haris Munandar; Editor oleh Wisnu Chandra Kristiaji. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Erlangga pada tahun 2003.